Agraris.id, Jakarta – Pemerintah Kota Semarang mengadakan Jambore Petani Cilik dan Remaja sebagai upaya memperkenalkan dunia pertanian modern kepada generasi muda. Acara yang digelar di Agro Purwosari, Semarang, pada Sabtu (10/8), diikuti dengan antusias oleh ratusan siswa SD hingga SMP.

Selama dua hari, dari 10 hingga 11 Agustus 2024, para peserta terlibat dalam berbagai kegiatan edukatif. Mereka mengikuti perkemahan jambore, pemilihan duta petani cilik, serta gelar produk urban farming. Selain itu, ada juga sesi fun cooking, fun painting, pelatihan tabulampot, dan gelar teknologi tepat guna. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi dan membangkitkan minat siswa terhadap pertanian berbasis teknologi dan proses pengolahan makanan dari produk pertanian.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menekankan perlunya memperkenalkan profesi petani dengan pendekatan yang relevan dan menarik bagi generasi milenial. Dalam sambutannya di acara Jambore Petani Cilik, Hevearita menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap dunia pertanian dengan memperkenalkan modernisasi dalam sektor tersebut.

“Hari ini sangat luar biasa karena ada kegiatan yang ingin menumbuhkan cinta untuk menjadi petani. Petani-petani saat ini tidak seperti yang dibayangkan dari zaman dulu atau kolonial. Generasi muda kini sudah mengenal teknologi dan modernisasi pertanian,” ungkap Hevearita di hadapan peserta jambore.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang akrab disapa Mbak Ita, menekankan pentingnya pendidikan pertanian yang berkelanjutan. Dalam arahan kepada jajarannya dan para guru, ia menyatakan bahwa upaya edukasi harus dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya melalui acara seperti Jambore Petani Cilik, tetapi juga melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.

“Kita harus memberikan edukasi kepada anak-anak secara berkelanjutan. Edukasi ini jangan dilakukan sekali saja. Di masa depan, kita diharapkan bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk BRIN dan BRIDA,” ujar Mbak Ita.

Mbak Ita juga memberikan contoh inspiratif dari petani milenial, Sandi Febrianto, yang berhasil mengembangkan Sandi Buana Farm di Mangunsari. Ia menjelaskan bahwa Sandi mampu mengelola lahan hidroponik dan menunjukkan bahwa pertanian modern bisa sangat menguntungkan.

“Sekarang, menjadi petani selada tidak sulit. Proses menanamnya hanya memindahkan bibit dari satu lubang hidroponik ke tempat lain. Penghasilannya sangat menguntungkan, mencapai puluhan juta,” tambah Mbak Ita.

Pada acara Jambore Petani Cilik, Sandi Febrianto mengajak peserta untuk tidak merasa malu memilih profesi sebagai petani. Ia menegaskan bahwa pertanian merupakan masa depan yang menjanjikan dan penting untuk diperjuangkan.

“Jadi adik-adik, jangan pernah malu untuk bertani, karena pertanian adalah masa depan kita,” ujar Sandi.

Dengan kegiatan ini, Pemerintah Kota Semarang berharap dapat meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pertanian sebagai pilar kehidupan dan perekonomian. Selain itu, Pemkot Semarang juga berusaha menumbuhkan minat di kalangan siswa untuk mengejar karir di bidang pertanian di masa depan.