Jakarta – Para Mahasiswa Indonesia di Hiroshima mewujudkan beasiswa untuk adik-adik siswa di Indonesia. Para mahasiswa yang tergabung di Persatuan Pelajar Indonesia di Hiroshima (PPIH) itu menjual jagung putih yang dipanen dari Wakai Farm. Satu jagung harganya 300 yen atau Rp 30.000. Setengahnya untuk mitranya, setengah lagi ditabung untuk beasiswa anak sekolah, seperti dikutip dari laman LPDP Kemenkeu.
Harapannya, jika terkumpul Rp 20 juta, maka 20 anak bisa diberi beasiswa Rp 1 juta per tahun. Tak disangka, target ini cepat terkumpul.

Saya hitung-hitung untuk memperoleh sekitar 20 juta harus ada sekitar 800 jagung yang terjual gitu,” tutur Maman Alimansyah, Ketua PPIH periode 2022-2023.

“Satu kali panen saja sudah terjual lebih dari 850 jagung. Jadi kita kaget juga. Tidak sampai tiga kali panen, cuma satu kali sudah terpenuhi (targetnya) begitu,” ujar mahasiswa awardee LPDP yang sedang kuliah jenjang doktor di Hiroshima University ini.

Merintis Beasiswa dari Uang Saku Sendiri
Beasiswa Anak Negeri (BAN) gagasan PPIH itu bermula pada 2017. Targetnya untuk anak-anak SMA kelas 10 dan 11 yang terbatas ekonomi dan berprestasi akademik. Dengan besar beasiswa Rp 1 juta per tahun, harapannya dana ini bisa meringankan beban ekonomi keluarga para siswa terpilih.

Dana beasiswa BAN itu pun mulanya dihimpun dari iuran para anggota PPIH. Kebanyakan dari mereka juga berstatus penerima beasiswa kuliah. Dengan 10-20 siswa penerima beasiswa BAN, para mahasiswa menyisihkan uangnya sekitar Rp 100 ribu.
Maman menuturkan, ia terpikir agar mahasiswa RI di Hiroshima berwirausaha. Keuntungannya bisa disisihkan bagi siswa Indonesia.

Di samping itu, skema pendanaan jadi tidak bergantung pada uang mahasiswa PPIH saja. Berbekal riset dan diskusi, tim mahasiswa ini sepakat menjual jagung di Jepang.

Kenapa Beasiswa dari Panen Jagung?
Maman bercerita, ia terpikir bahwa menjual barang yang selalu dibutuhkan adalah jalang tersingkat untuk memutar ekonomi di sana. Para mahasiswa PPIH pun menyepakati kerja sama dengan Wakai Farm, perusahaan pertanian lokal Jepang yang menyanggupi penanaman dan panen jagung.

Sekitar Desember 2022, timnya mematangkan konsep. Mereka memilih jagung varietas putih untuk ditanam. Di samping lebih manis dari jagung kuning pada umumnya, jagung ini lebih jarang diproduksi petani lokal.

Para mahasiswa PPIH dan Wakai Farm sepakat kontrak 2-3 kali panen. Namun baru satu kali panen saja, targetnya sudah tercapai. Jika keuntungan terus meningkat, mereka terpikir menambah jumlah penerima beasiswa.

Maman mengatakan, antusiasme pembeli jagungnya tak hanya dari PPIH, tetapi juga seluruh anggota PPI Jepang dan warga lokal.

“Saya coba berpikir karena kita mahasiswa juga menghadapi keterbatasan finansial, jadi kita coba sambil membeli jagung itu sambil memberikan iuran gitu. Jadi memang inisiasi di kepengurusan kami,” tutur Maman.

Mahasiswa yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu ini mengakui kepemimpinannya di PPIH hanya setahun saja. Kendati demikian, ia berharap kerja sama pendanaan beasiswa ini bisa terus berjalan.

Maman menuturkan, ia optimis bisa memberi masukan dan arahan terkait beasiswa ini ke ketua PPIH baru saat menjadi Dewan Pengawas PPI nanti. Dengan begitu, pengabdian awardee beasiswa LPDP tak perlu tunggu lulus kuliah dulu

Bagi mahasiswa International Economic Development Program ini, praktik beasiswa dari jual jagung ini sekaligus cara mengasah kecakapan berwirausaha dan berkontribusi bagi orang banyak.

“Entrepeneur itu kita bagaimana mengolah ide, sesuatu yang baru, dan mendatangkan benefit bagi dirinya sendiri, bagi bangsa sendiri, dan bangsa lain pada umumnya,” tuturnya.

Kini, para mahasiswa PPI Hiroshima sedang menjajaki kemungkinan menjual hasil pertanian potensial lainnya.

Sumber : Detik.com ( 5/7/2023)