Oleh: Benni Saputra

Pupuk merupakan komponen yang wajib dalam proses budidaya tanaman. Kebutuhan pupuk layaknya kebutuhan protein, karbohidrat bagi manusia. Kebutuhan pupuk di Indonesia setiap tahunnya semakinbertambah. Kebutuhan pupuk ini dipengaruhi oleh faktor penduduk Indonesia yang semakin meningkat, dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap pangan juga meningkat. Selain hal tersebut, kebutuhan pupuk ini juga dipengaruhi oleh unsur hara ditanah semakin berkurang yang disebabkan penanaman secara terus menerus.

Indonesia memiliki kebjikan sendiri dalam memenuhi kebutuhan pupuk, salah satu kebijakan tersebut adalah pupuk subsidi. Pupuk subsidi ini seakan menjadi cahaya terang bagi petani indonesia yang kemiliki luas lahan yang kecil. Namun, pada kenyataannya pupuk subsidi ini menciptakan permasalahan yang sangat runyam. Permasalahan tersebut dimulai dari hulu hingga hilir.

Permasalahan pertama yang bisa dilihat adalah distribusi pupuk subsidi yang tidak tepat. Distribusi pupuk subsidi yang tidak tepat dapat terjadi karena banyak faktor diantanya: pendataan petani yang tidak tepat, dan kolusi. Kedua faktor tersebut sangat berkaitan, dimana pemilik kebijakan dapat saja memberi pupuk subsidi hanya pada pihak yang memiliki keterkaitan degannya, sedangkan petani kecil tidak mendapatkan pupuk subsidi.

Permasalahan kedua yang timbul adalah ketergantungan petani terhadap pupuk subsidi. Ketergantungan ini akan menyebabkan negara semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pupuk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kebutuhan pupuk di Indonesia saat ini mencapai 13,5 juta ton, namun yang terpenuhi baru 3,5 ton. Penyataan tersebut menyatakan jumlah pupuk yang tersedia tidak sesauai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan.

Permasalah distribsi  dan ketergantugan pupuk ini dapat menjadi lingkaran setan jika terjadi secara terus-menerus. Maka diperlukannya solusi dari permasalahan ini berupa pemakaian pupuk organik. Pemakaian pupuk organik ini dapat dimulai oleh negara dengan program penyluhan pupuk organikyang  bisa diperoleh dari limbaha-limbah organik seperti kotoran ternak, limbah rumah tangga. Pemakaian pupuk organik ini dapat dilakukan secara bertahap berkala, contoh pemakaian pupuk organik sebanyak 30%, pupuk sunsidi 70% lalu sebanyak 50%, pupuk sunsidi 50% dan sterusnya.