Agraris.id, Edukasi-Bawang Merah: Kisah Eksklusif dari Al-Quran hingga Sains Modern

Bawang merah, sejenis umbi-umbian yang tak hanya menjadi andalan dalam bumbu makanan, tetapi juga memiliki nilai obat yang tak terbantahkan, telah menjadi subjek perhatian sepanjang zaman. Al-Quran pun tidak luput dari mengakui keistimewaan bawang merah. Surat Al-Baqarah ayat 61 menyampaikan pesan yang menggugah, “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.”

Dalam sejumlah riwayat hadis, kita mendapati petuah bijak dari Nabi Muhammad SAW tentang bawang merah dan bawang putih. Beliau bersabda, “barang siapa yang memakannya (bawang merah dan bawang putih), maka hendaknya ia menyempurnakan (proses) memasaknya.” (HR Abu Dawud). Riwayat lain yang tak kalah menarik adalah pernyataan Aisyah, istri Rasulullah, yang mencatat bahwa makanan terakhir yang disantap oleh beliau mengandung bawang merah. (HR. Abu Dawud).

Dilansir dari buku “Dikutip dari Buku Pintar Sains dalam Al-Quran” karya Dr. Nadiah Thayyarah, hampir tak terbantahkan bahwa bawang merah adalah sebuah makanan dan obat yang luar biasa. Di berbagai belahan dunia dan periode sejarah, bawang merah telah dikenal memiliki keistimewaan yang tak ternilai.

Para Firaun Mesir kuno sangat memahami pentingnya bawang merah. Mereka mengandalkannya sebagai bahan dasar dalam berbagai hidangan, menyebutkannya dalam sumpah mereka, bahkan hampir menganggapnya sebagai objek pemujaan. Bukti sejarah terukir dalam catatan-catan yang tertulis di atas daun lontar dan dinding kuil-kuil ritual mereka. Bahkan, para Firaun meletakkan bawang merah bersama jasad mumi raja sebagai simbol kehidupan, yang akan membantu sang raja bernapas kembali.

Para tabib Mesir kuno juga kerap meresepkan bawang merah sebagai obat untuk memperlancar aliran urin, meningkatkan gizi, dan membangkitkan nafsu makan. Dalam bahasa Mesir kuno, kata “tempat ibadah” pun dihubungkan dengan kata “bawang” dan varian kata tersebut berkembang menjadi kata “bashal” (bawang merah) dalam bahasa Arab.

Kini, ilmu kedokteran modern turut membenarkan pandangan para dokter kuno. Lebih dari itu, manfaat dan keistimewaan bawang merah kini terungkap lebih dalam dan dibahas secara lebih luas daripada masa-masa sebelumnya.

Dalam ranah kedokteran modern, bawang merah masuk dalam kategori antivirus alami. Seperti bawang putih, bawang merah mengandung senyawa alisin yang dikenal efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah. Meskipun kadar alisin dalam bawang merah lebih rendah dibandingkan bawang putih, manfaatnya tetap signifikan.

Selain itu, bawang merah juga memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri dalam mulut dan sistem pencernaan, yang dapat berdampak pada pencegahan penyakit dan peningkatan umur. Penelitian terbaru pun menunjukkan bahwa orang yang secara teratur mengonsumsi bawang merah memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit kanker. Studi terbaru dari Belanda bahkan menemukan hubungan erat antara konsumsi bawang merah dan penurunan risiko terkena kanker perut.

Para ahli gizi juga menyatakan bahwa bawang merah dapat mengurangi risiko penyakit kanker karena mengandung karoten dalam jumlah besar. Karoten adalah salah satu jenis antioksidan flavonoid yang berguna melindungi sel tubuh dari radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh. Dengan demikian, bawang merah bukan hanya sebuah bumbu dapur biasa, tetapi juga merupakan anugerah alam yang memberikan manfaat kesehatan yang berharga.