Agraris.id, Padang – Beberapa tahun terakhir Indonesia disuguhkan dengan tantangan ketahanan pangan yang sangat kompleks, krisis ekonomi global, perubahan iklim, degradasi lingkungan sampai terganggunya rantai pasok pangan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kerawanan pangan dan gizi di seluruh bagian Indonesia.
Contohnya di Provinsi Sumatera Barat sendiri terjadi peningkatan angka prevalensi atau ketidakcukupan konsumsi pangan selama 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2020 berada pada angka 5,86, tahun 2021 sebesar 7,31 dan tahun 2023 sebesar 7,36. ( BPS Sumatera Barat )
Kondisi ini sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh banyak kalangan. Salah satunya melalui podcast Dangau Inspriasi yang berjudul ” Perlu perhatian serius,terkait meningkatnya prevalensi pangan ” yang di unggah di laman youtube pada tanggal 6 Maret 2024 . Podcast tersebut menghadirkan Pakar Pertanian sekaligus Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas yaitu Prof.Dr. Ir. Hermasah. MS.MSc yang di moderatori oleh Yosnofrizal.STP.
Awal perbincangan, Prof. Hermansah menyinggung terlebih dahulu terkait kondisi ketahanan pangan di Indonesia. Menurutnya, indeks ketahanan pangan sangat mempengaruhi prevalensi pangan itu sendiri. Ia mengatakan ada 3 aspek indek ketahanan pangan yakni ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan. Keter
” Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau prevalence of undernourishment adalah dimana penduduk atau populasi tertentu di suatu wilayah tidak mencukupi nilai kalori dalam sehari-hari sesuai standar yang ada .. ” ungkapnya
Ia juga menambahkan, berdasarkan data yang dipaparkan mengungkapkan bahwa penduduk di Sumatera Barat masih ada yang belum memenuhi kebutuhan energinya setiap hari. Menurutnya, hal itu dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk sehingga mempengaruhi ketersediaan pangan itu sendiri, akses untuk memenuhi pangan yang sulit didapatkan ataupun kemampuan biaya untuk membeli masyarakat Sumatera Barat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Menyikapi peningkatan prevalensi pangan tersebut, Ia mengatakan perlu adanya langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya. Adapun langkah-langkah tersebut dimulai dari keinginan dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri seperti pengoptimalan lahan-lahan produktif secara individual di pekarangan sebagai kemandirian pangan, contohnya menanam sayur-sayuran, cabai, jagung dan pangan lainnya.
Dari segi pemerintah, Ia juga menyampaikan bahwa sudah ada solusi yang diciptakan, hanya saja perlu ditambah lagi injeksi pendampingan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Dalam pernyataan yang sama, Ia juga mengharapkan keseriusan seluruh stakeholders yang mengurusi terkait pangan untuk dapat berintegrasi bersama-sama agar dapat menurunkan nilai prevalensi pangan di Sumatera Barat .
Selengkapnya dapat dilihat di channel youtube ” Dangau Inspirasi Uda Djoni TV “
Ags-Azs
Related posts
Kategori
- Headline (141)
- Info Agraris (107)
- Litbang (1)
- Tani Muda (2)
- Uncategorized (8)