Penulis : Alfito Tri Darma
Sumatera Barat menyimpan sejuta keindahan dan surga tersembunyi yang kurang terjamah khalayak. Bukan sekedar retorika namun realita yang dapat dibuktikan secara nyata. Begitulah sekiranya diksi yang tepat untuk mendeskripsikan salah satu daerah yang ada di kecamatan Hiliran Gumanti, Sariak Alahan Tigo tepatnya Jorong Sariak Bawah. Jorong Sariak Bawah merupakan satu dari delapan jorong yang berada di Sariak Alahan Tigo. Kawasan yang masih diatapi oleh Gunung Talang, Kabupaten Solok yang juga menjadi salah satu tempat pilihan bagi para Volunteer Mahardika Mengajar Batch 4.
Kilas balik, Mahardika Mengajar sendiri merupakan program jebolan Mahardika Muda yang berusaha untuk menggapai cita-cita nasional yang tertuang dalam pembukaan konstitusi “……memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”. Program ini berbentuk sebuah pengabdian masyarakat yang menghimpun seluruh elemen mahasiswa di Indonesia untuk terjun dan turun langsung memberikan impact ke masyarakat. Mahardika mengajar sendiri seperti namanya yaitu mengajar, berupaya memberikan pengajaran kepada masyarakat ataupun sekolah dengan ilmu-ilmu yang sekiranya tidak mereka dapati karena keterbatasan akses dan fasilitas diakibatkan wilayah yang masih tergolong ke dalam 3T (tertinggal, terluar, dan terpencil).
Mendapat kesempatan yang sama termasuk pendidikan merupakan hak asasi manusia. Mahardika mengajar hadir untuk mengusahakan hal itu. Walaupun tidak memberikan banyak perubahan namun aksi kecil yang kami hadirkan diharapkan menjadi sejuta manfaat bagi masyarakat di sini. Jorong Sariak Bawah dengan topografi perbukitan dengan satu jalan utama menjadi akses transportasi masyarakat yang tinggal di sini. Berangkat dari hal tersebut, menjadikan bentuk dari pemukiman di Jorong Sariak Bawah sejajar mengikuti arah jalan dan tidak terpusat di satu tempat melainkan terpisah-pisah ke dalam beberapa tempat. Hal inilah yang menyulitkan penduduk Sariak Bawah seperti dalam menimba ilmu. Sarana pendidikan di sini hanya terdapat satu Sekolah Dasar (SD) dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tenaga pendidik juga terbatas karena kebanyakan merupakan orang luar dari Sariak Alahan Tigo. Dengan akses jalan yang sulit membuat tenaga pendidik juga terhambat dalam upaya mencerdaskan generasi penerus di sini. Keterbatasan sarana pendidikan inilah yang membuat banyak dari masyarakat putus sekolah dan beberapa yang pergi ke luar dari Sariak Alahan Tigo untuk menimba ilmu. Begitupun dengan sarana kesehatan yang hanya terdapat satu Bidan Desa yang cukup jauh dari pusat kegiatan Jorong Sariak Bawah
Penulis merupakan salah satu dari Volunteer Mahardika Mengajar Batch 4 yang ditempatkan di Jorong Sariak Bawah bersama dengan sepuluh volunteer lainnya, kami berupaya memberikan tindakan kecil kepada masyarakat. Menghadirkan beberapa program kerja, kami berupaya menargetkan tindakan kecil ini bermanfaat kepada seluruh masyarakat yang ada di sini. Program kerja utama mengajar yang kami hadirkan tidak hanya berlaku untuk pendidikan formal, namun juga berlaku terhadap pendidikan non formal seperti belajar quran di masjid. Di SD kami mengajar ke enam kelas yang terbagi atas dua orang pengajar tiap kelasnya. Di mana kami mengajar sekitar pukul 13.00 WIB sehabis istirahat kedua hingga pukul 14.30 WIB.
Selain melanjutkan pembelajaran dari guru kelas, kami mengupayakan di setiap kelas terbangun suasana yang menyenangkan dengan adanya beberapa selingan seperti kegiatan pohon cita-cita, english fun day, eco-print, dan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS. Lebih lanjut terkait hal itu, pohon cita-cita merupakan kegiatan penanaman motivasi kepada murid SD untuk mempunyai cita-cita sedari dini dengan menuliskan cita-citanya di sebuah gambar pohon dari kertas karton. English Fun Day berupaya memantapkan bahasa Inggris murid dengan mempraktekkannya di depan kelas lalu di beri reward. Hal ini sejalan dengan penanaman keberaniaan murid dan meningkatkan jiwa kompetitif. Eco-print sendiri merupakan media pembelajaraan murid terkait seni dalam mewarnai kain menggunakan bahan alami seperti daun dan bunga. PHBS yang kami hadirkan adalah dengan penanaman edukasi bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar.
Beralih ke SMP, kami mengadakan dua bentuk sosialisasi. Sosialisasi pertama yaitu Pentingnya Pendidikan Dan Motivasi Lanjut Sekolah. Berangkat dari tingginya angka putus sekolah, kami menghadirkan sosialisasi ini sebagai bentuk tindakan awal dan doktrin kepada murid untuk tetap melanjutkan pendidikan dan jangan menyerah dan berhenti hanya karna keterbatasan fasilitas. Sosialisasi kedua yaitu terkait Bahaya Bullying. Sosialisasi ini hadir karena adanya track record terkait tingginya kasus perundungan yang terdapat di SMP tersebut. Sosialisasi ini kami harapkan menjadi edukasi dini terkait mental pelajar dan ancaman bagi para calon bully untuk tidak melakukan hal tersebut. Satu hal yang kami dapatkan disini ialah tingginya semangat belajar dari para murid. Walau serba terbatas namun mereka berusaha untuk memanfaatkan apa yang ada itu sebaik dan sebijaksana mungkin termasuk pendidikan. Tak dipungkiri juga beberapa dari mereka hanya menjadikan sekolah sebagai jalan mencari kerja bukan atas dasar ilmu pengetahuan atau pendidikan.
Kemudian dari pada itu, kami menghadirkan kegiatan yang turut menjangkau masyarakat. Sebut saja Medical Check Up, yang merupakan program kerja (proker) untuk memeriksa kesehatan para masyarakat seperti pemeriksaan tensi dan memberikan edukasi jika terjadi gejala yang tidak di inginkan. Dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan di sini, membuat banyak dari masyarakat abai terhadap kesehatan apalagi kepada masyarakat yang lanjut usia. Para volunteer yang berasal dari rumpun ilmu kesehatan menjadi garda terdepan dalam menyukseskan proker ini. Merekalah yang berjasa dalam penyediaan alat dan turun langsung dalam pemeriksaan. Masyarakat turut menunjukkan rasa terimakasih dan excited terhadap kegiatan pemeriksaan yang kami lakukan.
Kontur wilayah yang di dominasi perbukitan membuat masyarakat sini banyak bermata pencaharian sebagai petani ataupun berladang. Indahnya terasering dan hamparan padi membuat pengabdian yang kami jalani terasa menyenangkan dan menyejukkan hati. Kenampakan alam yang masih asri dan hijau juga membuat siapapun tidak akan berhenti mengucapkan hal-hal indah. Memang benar quotes-quotes yang berseliweran di jagad sosial media yang acap kali mengatakan jika hal-hal indah tidak meminta perhatian. Daerah yang kurang tereskpos seperti Jorong Sariak Bawah ini memiliki pesonanya sendiri. Kawula muda mungkin lebih mengenalnya dengan diksi Hidden Gem. Mungkin tak cukup rasanya membubuhkan semua diksi yang bagus untuk merepresentasikan eloknya alam Sariak Bawah
Masyarakat yang tinggal di sini juga menunjukkan rasa kehangatannya. Ibarat sebuah rumah, tuan rumah di sini membuka pintu dengan sangat lebar dengan kedatangan kami. Rasa perhatian yang kami terima mungkin tidak bisa impas jika kami balas dengan sesuatu. Senyum ramah yang kami terima setelah menyapa para warga membuat dinginnya udara seperti tidak terasa. Ucapan “halo bang, halo buk, halo pak” yang kami lontarkan secara spontan kepada warga yang lewat menjadi evaluasi diri kami tatkala berada di lingkungan kota yang abai terhadap sesama. Ego dan rasa apatis seketika hilang ketika kami bercengkrama dan berinteraksi dengan warga desa. Para warga yang berjualan tak segan menanyakan kepada kami perihal makan dan meminta kami untuk makan di rumahnya. Suasana berbeda yang kami dapatkan disini membuat kami sadar dan merasakan jika hangatnya keluarga itu memang ada. Tidak ingin memperbanyak hiperbola, namun suasana seperti itulah yang akan kami rindukan sehabis pulang dari pengabdian yang hanya dalam kurun waktu satu minggu.
Mengabdi adalah mengajar dan belajar. Selain hadir untuk mencerdaskan generasi penerus, kami disini juga banyak belajar dari lingkungannya. Perbedaan yang sangat konstan antara kota dan di desa membuat kami sedikit mengevaluasi dan merefleksikan diri tentang betapa banyaknya hal yang perlu di syukuri. Mulai dari hangatnya masyarakat jorong hingga alam yang tak kunjung berhenti membuat takjub. Dengan menggaungkan moto dari Mahardika Muda “Pembaharu yang cermat dan siap turun tangan” menjadikan kehadiran kami disini sebagai tindakan kecil yang bermanfaat dan menjawab sedikit permasalahan yang ada di Jorong Sariak Bawah. Tentu perjalanan kami tak berhenti di tujuh hari pengabdian saja, masih ada tugas-tugas bagaimana proker yang kami jalankan dapat berkelanjutan kedepannya. Jorong Sariak Bawah akan selalu ada tempat dihati dan akan menjadi opsi dari hiruk pikuknya perkotaan yang melelahkan. Kami berharap adanya kami juga sebagai perwajahan Sariak Bawah di luar dan besar harapan jika pemerintah daerah turut dalam meratakan pembangunan di sini.
Related posts
Kategori
- Headline (141)
- Info Agraris (107)
- Litbang (1)
- Tani Muda (2)
- Uncategorized (8)